Keunikan Pulau Madura

Siapa yang tak pernah mendengar Pulau Madura? Tentunya hampir semua orang Indonesia mengetahui banyak hal mengenai Pulau dan penduduknya yang nyentrik ini. Apalagi sejak dibangunnya Jembatan Suramadu, maka Pulau ini menjadi semakin terkenal karena banyak orang mulai tertarik untuk meng-ekspose secara langsung maupun tidak langsung. Namun benarkah semua orang mengetahui seperti apakah gambaran Pulau ini? Semoga wacana ini akan sedikit banyak memberi informasi tambahan bagi anda yang tertarik untuk mengetahui seluk beluk Pulau Madura.

A.KONDISI FISIK PULAU MADURA
Hampir seluruh daratan di Jawa Timur merupakan hamparan pegunungan volkanik di kawasan inland dan dataran aluvial/fluviomarin dikawasan pesisir. Di daerah pesisir sebagian besar dataran fluvial ditempati oleh pemukiman, industri, dan daerah persawahan, sedangkan dataran fluviomarin ditempati oleh budidaya tambak dan pertanian lahan basah. Walaupun Madura sebagai bagian dari Jawa Timur, pulau ini memiliki karakter fisik yang agak berbeda dengan Pulau Jawa.
Dalam riset yang dilakukan oleh Bakosurtanal mengenai survei SDA Pesisir dan Laut, dijelaskan bahwa Pulau Madura merupakan dataran struktural perbukitan lipatan dari batuan sedimen, dan batuan gamping. Sebagian besar mempunyai tanah yang bersolum tipis, ditempati oleh pertanian lahan kering. Terdapat juga dataran fluvial dan fluviomarin. Dataran fluvial sebagian besar merupakan daerah budidaya pemukiman dan pertanian lahan basah, dan tambak (tambak garam dan ikan/udang). Sedangkan pulau-pulau kecil disepanjang Madura sampai Kangean merupakan pulau-pulau terumbu terangkat dengan batuan gamping dan gamping terumbu, napal, dan sedimen. Pulau yang cukup besar diantranya adalah pulau Kangean.
Secara fisiografi wilayah P. Madura terbagi menjadi wilayah lipatan dan wilayah dataran rendah, wilayah lipatan terdapat di bagian tengah pulau memanjang dari barat ke timur dikenal sebagai Wilayah Lipatan Madura. Kemudian wilayah dataran rendah, yang terdapat di sebagian besar wilayah selatan pulau dikenal sebagai Wilayah dataran Rendah Sampang - Pamekasan, ujung bagian barat sebagai Wilayah Dataran Rendah Bangkalan, bagian utara pulau agak tipis dan memanjang di wilayah pesisir dikenal sebagai Wilayah
Dataran Rendah Pantai Utara Madura, dan Wilayah Dataran Rendah Sumenep di bagian timurnya Sandy (dalam Bakosurtanal 2003: 12 ).
Ditinjau secara geologis berdasarkan peta geologi Lembar Jawa bagian Timur (Gafoer.S dan Ratman. N, 1999) wilayah lipatan P. Madura yang terletak di bagian tengah terdiri dari batuan Sedimen Miosen Awal, terdiri dari batulempung napal, setempat batu lanau, bersisipan batupasir dan/atau batu gamping. Mengandung foraminifera kecil dan foraminifera besar dari keluarga Orbitoid, yang kumpulan fosilnya menunjukkan umur Miosen Awal dan setempat hingga bagian bawah Miosen Tengah. Pada wilayah dataran rendah tediri dari sedimen Plestosen yang sebagian besar terletak di selatan pulau dan dataran Aluvium yang terletak di wilayah timur, selatan dan barat pulau, sedangkan di wilayah utara terlihat sangat tipis memanjang dari barat ke timur. Adapun Batugamping terlihat mengelilingi wilayah Lipatan antara wilayah Sedimen dan Aluvium dengan Wilayah Lipatan Madura (dalam Bakosurtanal, 2003: 12 ).
Secara ekologis Madura merupakan kelanjutan dari Pulau Jawa. Tanahnya berasal dari formasi batu gamping (limestone) dan endapan napal (marl) sudah ada permulaannya di Jawa Utara, Selatan, dan Timur. Menurut Veth (1903: 582-583) Pulau Madura adalah formasi gamping, kelanjutan dari perbukitan gamping yang dimulai dari Grobongan di daerah Semarang, Jawa Tengah. Endapan napal dibagian tengah yang hampir datar adalah kelanjutan dari endapan napal yang membentang dari Ngawi di Madiun terus ketimur melalui Surabaya.
Berdasarkan hasil penelitian Hubb de Jonge (bukunya yang berjudul : “Madura Dalam Empat Zaman: Pedagang, Perkembangan Ekonomi dan Islam”. 1988. PT. Gramedia, Jakarta.), bahwasanya pulau Madura yang terdiri dari empat kabupaten (yaitu : Bangkalan, Pamekasan, Sampang, dan Sumenep) terletak di timur laut pulau Jawa. Dengan kordinat sekitar 7° lintang selatan antara 112° dan 114° bujur timur. Panjang pulau Madura kurang lebih 190 km, jarak terlebar 40 km, dan luas secara keseluruhan adalah 5.304 km2. Ketinggian paling rendah adalah daerah pantai baik dibagian barat, utara, selatan, dan timur. Sedangkan ketinggian tertinggi menyebar dibagian tengah pulau berupa pegunungan kecil. pulau ini dikelilingi oleh pulau-pulau kecil yang jumlahnya lebih dari 100, baik yang berpenghuni maupun yang tidak. Kebanyakan pulau kecil ini berada dibagian timur (dikutip dari blognya Ahmad Syauqi).

B.KONDISI SOSIAL SUKU MADURA
Suku Madura pada Tahun 2004 berjumlah sekitar 10 juta jiwa (data Wikipedia). Suku Madura tersebar hampir diseluruh pelosok Indonesia. Hal ini selalu dikaitkan dengan kebiasaan orang Madura yang senang hidup merantau daripada harus bekerja dan tinggal di kampung halamannya. Kebiasaan yang timbul akibat adanya anggapan bahwa tanah Madura kurang efektif untuk dijadikan lahan pertanian karena tekstur tanah gersang, yang notabene berasal dari batuan gamping. Hal inilah yang kerap menjadi alasan yang kuat untuk pergi merantau dan mengadu nasib di luar pulau.
Salah satu keahlian dan kegemaran orang Madura selain bertani adalah menjadi pengusaha. Sebagian besar dari mereka menjadi pengusaha dibidang makanan, sandang, properti, dan berbagai bidang lainnya. Namun tidak jarang ditemukan orang Madura bergerak dibidang jasa seperti guru mengaji, pemilik salon, ahli kunci, tukang parkir, dll. Hal ini menandakan bahwa orang Madura memiliki mentalitas dan karakter yang kuat dalam dirinya. Mereka mampu membawa diri di setiap situasi dan kondisi dalam suatu tatanan masyarakat yang justru merupakan lingkungan baru bagi mereka. Ulet, pantang menyerah dan pekerja keras merupakan ungkapan yang pas untuk memberikan apresiasi terhadap orang Madura.
Agama Islam bagi orang Madura merupakan salah satu sendi yang sangat mendasar dalam perkembangan budaya di Madura. Hampir seluruh masyarakatnya memeluk agama Islam, dan seringkali pendidikan agama sudah ditanamkan sejak dini. Banyaknya pondok-pondok yang tersebar diseluruh kabupaten menopang pendidikan agama Islam bagi orang Madura. Oleh sebab itu berbagai syariat Islam selalu menjadi warna dalam keseharian orang Madura. Salah satu tradisi yang saat ini masih dapat ditemui adalah ketika orang Madura bepergian dan bertemu dengan orang yang dihormati (baca: kiyai/bupati/pejabat, dll), maka mereka akan serta merta mengucapkan salam dimanapun berada, entah itu didalam angkutan kota, di jalan, maupun dalam bus sekalipun. Sebagian orang Madura memberikan penilaian yang sangat buruk bagi seorang muslim asli Madura yang tidak mau sholat. Dan sebaliknya orang Madura seringkali memberikan penilaian yang sangat baik terhadap orang Muslim Madura yang mampu menunaikan ibadah haji.
Pendidikan di Madura kini sudah mulai mengalami perbaikan-perbaikan. Sudah banyak didirikan Sekolah Dasar Negeri di pelosok Desa, sehingga dapat memacu pertumbuhan tingkat pendidikan menjadi semakin baik. Namun minimnya tenaga pengajar yang sesuai dengan permintaan dari segi keahlian mendidik dan mengajar, menyebabkan keberlangsungan pendidikan sedikit terhambat. Guru-guru Sekolah Dasar di pelosok Desa biasanya hanya mengenyam Pendidikan Diploma, sangat jarang ditemukan lulusan sarjana dari bidang/jurusan yang sesuai.
Pertunjukan seni masyarakat Madura yang terkenal hingga ke Manca Negara adalah Karapan Sapi. Pertunjukan lomba adu kecepatan Sapi berlari yang diiringi musik Saronen begitu memperlihatkan karakter orang Madura. Sapi kerap yang biasanya dijoki oleh seorang remaja laki-laki yang tahan banting menjadi pusat perhatian seluruh penonton. Penonton domestik hingga manca banyak yang berdatangan untuk mengikuti pertunjukan ini tiap tahunnya. Selain Karapan Sapi, masih ada juga pertunjukan ‘Sapi Sonok’ atau ‘Sapi Sumenep’ (karena biasanya hanya terdapat di Kabupaten Sumenep), yaitu pertunjukan Sapi yang diberi perhiasan berupa kalung, mahkota, pakaian dan segenap perlengkapan lainnya, kemudian sapi tersebut beraksi dengan berjalan perlahan, beriringan, sesuai dengan lantunan musik tertentu. Penilaian didasarkan pada kerapian, keindahan, dan kesesuaian aksi sapi di atas panggung dengan lantunan musik yang mengiringinya.
Selain pertunjukan sapi, pertunjukan seni Madura lainnya adalah Musik Bangun Sahur ‘Daol Combo’, yaitu pertunjukan musik berupa karnaval, dengan kewajiban menyanyikan lagu wajib sepanjang jalan, dan ditambah dengan beberapa lagu daerah tambahan. Peserta pada karnaval ini ada biasanya berasal dari seluruh Kabupaten di Madura. Pertunjukan ini pada awalnya diadakan untuk menyambut bulan Ramadhan, sebagai musik penanda waktu sahur. Namun saat ini pertunjukan Daol Combo tidak hanya diadakan pada bulan Ramadhan saja. Sedangkan untuk tarian khas madura juga masih tetap bertahan dan dipertunjukkan pada pagelaran-pagelaran seni yang diselenggarakan tiap tahunnya.

C.INDUSTRI DAN PERDAGANGAN
Industri skala besar (nasional) yang sangat terkenal di Pulau Madura adalah industri garam. Pabrik garam di Madura biasanya terletak di daerah yang cukup landai dan dekat dengan pantai. Kabupaten Sampang dan Kabupaten Sumenep merupakan dua kabupaten yang cocok untuk industri ini, oleh sebab itu pabrik garam di kedua kabupaten tersebut terus memproduksi massal garam tiap tahunnya. Sedangkan untuk industri skala kecil (rumah tangga) yang produknya sudah dipasarkan keberbagai Kabupaten di luar Madura antara lain adalah industri Batik Madura dan camilan khas Madura. Industri Batik Madura sudah berkembang sejak lama di Madura, hampir semua orang Madura mengetahui dan memakai batik Madura sebagai pelengkap sandang mereka.
Batik Madura biasanya memiliki corak dan warna yang tajam. Paduan warna merah, orange, hijau, biru dan kuning kerap terdapat dalam sebuah potongan batik tulis. Pewarnaan kain batik inipun ada yang masih menggunakan pewarna alami (dari tumbuhan), namun ada juga yang sudah menggunakan pewarna buatan. Harga yang ditawarkanpun juga masih bisa diterima di sejumlah pasar lokal. Mulai dari harga dibawah Rp. 100.000,- hingga ratusan ribu dan jutaan tersedia di berbagai kios pasar, toko-toko, juga sentra penjualan batik tulis Madura.
Sedangkan untuk produk camilan Madura yang kini sudah merambah Pulau Jawa antaralain adalah Kacang Mente, Kacang Otok, Rengginang lorjuk, Petis Madura, Krupuk ikan, Kripik Singkong, Kripik tette, dll. Harga yang dipatok untuk berbagai camilan tersebut sangat beragam, mahal atau murahnya tergantung dari bahan dasar dan tingkat kesulitan dalam proses pengolahannya. Beberapa camilan seperti Kacang otok, Rengginang lorjuk dan Krupuk ikan tentunya juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Yaitu kadar protein tinggi yang terdapat pada kacang-kacangan. Kemudian rasa ikan laut yang sangat kuat pada beberapa camilan lainnya tidak berasal dari penguat rasa, akan tetapi memang benar-benar berasal dari campuran ikan laut pilihan. Karena diproses dengan cara sederhana, beberapa produsen terus menjaga kualitas produknya dengan baik agar dapat terus bertahan dan diterima oleh pasar luas.
Untuk industri kuliner di Pulau Madura juga tak pernah berhenti bersaing. Berbagai makanan khas Madura yang hanya terdapat di Madura yang dapat dinikmati setiap saat, yaitu Rujak Madura, Kaldu kikil, Opak Tahu, Soto Madura, Sate Madura, Nase’ Rames, Nase’ Kobel, dll. Berbagai makanan tersebut bisa disantap di berbagai Warung, Depot, dan Restoran. Kekuatan rasa dalam setiap makanan tersebut memiliki kekhasan yang diperoleh dari bumbu racikan orang Madura. Bahan-bahan khusus yang hanya bisa diperoleh di Madura, kelihaian meracik bumbu dan proses memasak tertentu secara turun temurun, menghasilkan adanya suatu keunikan rasa pada makanan tersebut, sehingga tidak dapat dengan mudah dibuat oleh selain orang Madura, tanpa belajar pada ahlinya.

D.PRO-KONTRA SUKU MADURA
Wacana pro dan kontra suku Madura ini ditampilkan untuk sedikit banyak membahas berbagai pandangan negatif serta positif yang tumbuh berkembang di benak setiap orang Indonesia yang mendengar kata ‘Madura’. Beberapa teman dan kerabat saya (bukan orang asli Madura) menyebutkan beberapa kata untuk menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan Madura. Kata negatif yang saya kutip dari hasil wawancara dengan mereka adalah: “Kaku, Kasar, Keras Kepala, Menang Sendiri, dan Carok”. Sedangkan kata positif yang saya peroleh adalah: “Agamis, Fisik yang kuat, Ada dimana-mana, Pekerja Keras, Ulet, dan Cepat beradaptasi”.
Begitu semua kata itu terkumpul dalam benak saya, sebuah kesimpulan yang dapat saya tangkap yaitu “.......Ada ‘Tangan’ Tuhan dibalik setiap Fenomena” (ungkapan ini saya ambil dari judul sebuah buku karya M. Quraish Shihab). Artinya, bagi saya tidak ada sesuatu yang hidup dan berkembang dari segi positifnya saja, tentu dari setiap fenomena memiliki segi positif dan negatif. Dimana fenomena ini telah diatur oleh Allah SWT sedemikian rupa sehingga, agar memiliki faedah bagi kehidupan. Dua kutub (positif dan negatif) ini akan terus saling tarik menarik, tidak hanya untuk Suku Madura, saya yakin semua suku di muka bumi ini pun memiliki kedua sisi tersebut, bahkan semua hal dan benda juga memilikinya. Bedanya ada yang terekspose media dan ada yang tidak. Jika memang pemikiran-pemikiran negatif senantiasa mewarnai pola pikir orang tentang Madura, maka marilah kita bersama saling memperbaiki dan mereduksi setiap karakter negatif menjadi karakter positif. Tentunya ini menjadi tugas berat bagi masyarakat Madura. Namun bagi saya, salah dan benar, sulit dan mudah, adalah hal yang relatif, tergantung dari bagaimana cara pandangnya.
Melalui media ini, saya sebagai penulis menyadari berbagai kekurangan dalam tulisan ini. Kembali pada tujuan awal saya menulis dan berkarya, saya hanya ingin mengutamakan ‘share’ atau berbagi. Sehingga saya memohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam penulisan ini. Terimakasih telah membaca tulisan ini, semoga bermanfaat.